fbpx

Tips Reksadana untuk Investor Miskin

Disclaimer : disini saya tidak merekomendasikan suatu produk Reksadana tertentu.
Silakan bijak untuk mengolah informasi yang Ada.

Sebelum lanjut ke materi, saya mau melakukan pengakuan dosa terlebih dahulu. Maaf jika judul ini memiliki kesan-kesan yang mungkin tidak terlalu baik.

Namun jika saya diizinkan untuk memberi alasan kenapa saya menggunakan judul ini, ada 2 alasan utama.

  1. Hasil riset saya menemukan bahwa ada pencarian dengan jumlah yang lumayan untuk topik ini
  2. Ada yang mencari berarti ada yang butuh, saya ingin mencoba untuk menjawab pertanyaan para pembaca yang benar-benar membutuhkan.

Toh saya pikir “Miskin” adalah sebuah definisi yang sangat subjektif.

Tiap orang, kelompok, agama, negara memiliki definisi miskin sendiri-sendiri.

Baiklah saya mulai tulisan ini

Reksadana Bukanlah Investasi untuk Kaya dalam Semalam

Bagi Anda yang saat ini belum mengetahui apa itu Reksadana, lebih baik pelajari terlebih dahulu untuk melanjutkan.

Karena dengan judul saya diatas, saya asumsikan Anda sudah cukup paham apa itu Reksadana.

Di Google ataupun Youtube sudah cukup banyak penjelasan mengenai Reksadana.

Beberapa orang masih saja beranggapan bahwa dengan membeli reksadana Anda akan langsung menjadi kaya dalam semalam ataupun bebas finansial, saya harus minta maaf kepada Anda.

Anda ‘ngimpi’.

Kalau saya analisa, akhir-akhir ini reksadana populer sejak makin tingginya literasi keuangan masyarakat Indonesia.

Terlebih munculnya beberapa konsultan keuangan yang gencar memberikan edukasi melalui media sosial mengenai instrumen investasi yang ada.

Walaupun memang terkadang beberapa terkesan agak berlebihan, seolah menjual mimpi yang terlalu tinggi.

Namun saya bisa pastikan reksadana bukanlah investasi yang semulus itu.

Selayaknya investasi lain, bisa untung. Namun juga sangat mungkin untuk rugi.

Tips 1 : Jangan Latah

Sering kali orang yang baru pertama kali (atau belum pernah) investasi reksadana punya pertanyaan semacam :

  • Yang bagus reksadana apa ya?
  • Reksadana ini bagus ga ya?
  • Kalo portfolio-mu apa aja?
  • Saya paham bagaimana rasanya orang yang belum pernah berinvestasi memiliki keinginan untuk memulai tapi tidak tau harus mulai dari mana.

    Hingga pada akhirnya, pertanyaan seperti contoh diatas lah yang ditanyakan.

    Walaupun saya paham bagaimana rasanya, saya tidak mau membenarkan hal seperti itu. Karena saya percaya bahwa jawaban yang tepat datang dari pertanyaan yang tepat.

    Pertanyaan diatas bisa jadi bukan pertanyaan yang tepat, mengingat dalam investasi selalu ada yang namanya tujuan investasi.

    Dan tujuan investasi akan menentukan tingkat risiko. Setiap orang memiliki kesanggupan menanggung risiko dan tujuan yang berbeda-beda.

    Seorang yang belum menikah dan seseorang yang sudah menikah kesanggupan menanggung risikonya jelas jauh berbeda.

    Jika boleh saran, ada baiknya Anda pelajari dulu beberapa hal mengenai investasi yang mau Anda jalani, dalam hal ini reksadana.

    Investasi dalam pengetahuan adalah salah satu yang paling penting. Karena memulai sesuatu tanpa mengetahui sama sekali akan membuat posisi kita rentan.

    Rentan ditipu. Rentan tergiur dengan keserakahan kita sendiri.

    Mulai pelajari tema-tema ini :

  • Bagaimana reksadana bekerja hingga mendapatkan keuntungan?
  • Apa risikonya?
  • Jenis reksadana berdasarkan risiko?
  • Cara membaca data mengenai sebuah reksadana?
  • Mekanisme membeli reksadana yang ada?
  • Keyword-keyword diatas, jika Anda cari di Google atau Youtube sudah cukup banyak yang membahasnya.

    Orang Indonesia rata-rata membuka social media selama 2 jam dalam sehari, gunakan waktu itu untuk Anda belajar.

    Jika Anda tetap tidak bisa belajar dengan segala alasan Anda, mungkin memang Anda tidak terlalu menginginkan berinvestasi di reksadana.

    Gunakan uang dan waktu Anda untuk yang lain saja.

    Tips 2 : Setting Tujuan Investasi

    Menentukan tujuan investasi bisa menjadi sebuah filter sekaligus jawaban atas pertanyaan “mau beli reksadana apa?”

    Ini alasannya:

    1. Dengan menentukan tujuan Anda akan mengetahui berapa jumlah nilai uang yang Anda jadikan ‘target akhir’.
    2. Anda juga mengetahui kapan nilai tersebut akan Anda capai.
    3. Anda akan mencocokan penghasilan yang Anda miliki saat ini.
    4. Dan Anda akan menetukan seberapa besar risiko yang sanggup Anda tanggung.

    Kebanyakan orang belum mengetahui reksadana apa yang ingin dimiliki karena belum menentukan 4 hal diatas.

    Yang terjadi sering kali asal beli, lalu ketika harga turun cepat-cepat jual. Yang justru malah membuat rugi.

    Tips 3 : Mulai Kecil, Tapi Rutin

    Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, investasi tidak serta merta bisa membuat Anda kaya dalam semalam atau bebas secara finansial.

    Kecuali Anda punya dana yang besar sekali, dan return investasi Anda jauh lebih tinggi ketimbang biaya dan gaya hidup Anda saat ini. Itu mungkin.

    Tapi kalau akhir bulan masih bingung saat tiba-tiba token habis, ya jangan ketinggian bayanginnya. Saya juga masih gitu soalnya hehe.

    Ada suatu teknik yang cocok sekali digunakan bagi Anda yang ingin mulai berinvestasi, namun penghasilannya tidak seberapa.

    Nama tekniknya adalah Dollar Cost Averaging.

    Anda bisa googling sendiri apa definisinya.

    Namun secara sederhana, intinya adalah Anda nyicil beli reksadana / saham sebisa Anda / sesuai budget yang Anda siapkan tiap bulannya.

    Anda cukup alokasikan berapa jumlah dana yang akan Anda investasikan setiap bulan, dan habiskan jumlah tersebut untuk investasi.

    Teknik ini bisa dibilang ramah pemula, karena tidak perlu memikirkan kapan harga naik ataupun kapan turun.

    Khususnya untuk reksadana ya, untuk saham lebih banyak faktor yang harus dipertimbangkan.

    Ilustrasi dari Stockbit diatas cukup bisa menggambarkan bagaimana teknik ini bekerja.

    Walaupun instrumen yang digunakan pada illustrasi diatas adalah saham, namun secara konteks tetap berlaku juga untuk reksadana.

    Tips 4 : Jangan Lupakan Dana Darurat

    Sepengalaman saya, salah satu hal yang dapat menimbulkan kerugian dalam berinvestasi adalah dana darurat yang tidak memadai.

    Biasanya skenarionya seperti ini :

    • Berinvestasi tidak menggunakan uang “dingin”, uang dingin adalah uang yang jika itu hilang tidak akan mempengaruhi biaya hidup sehari-hari.
    • Dana yang digunakan untuk investasi sudah cukup banyak, namun tidak memiliki dana darurat.
    • Tiba-tiba datang suatu kebutuhan yang mendesak, sehingga terpaksa ‘menjual’ investasi yang dimiliki sekarang
    • Harga instrumen investasi dipasaran saat kebutuhan tersebut datang sedang turun. Jadi terpaksa jual dengan harga pasar.
    • Hasil akhir : rugi. Karena menjual dengan harga lebih rendah dari saat membeli.

    Ini cukup sering terjadi, bahkan saya juga pernah mengalaminya.

    Lalu seberapa besar dana darurat yang dibutuhkan? Ada banyak sekali yang menyarankan mulai 3-12 bulan biaya hidup Anda. Namun memang tidak ada jumlah yang pasti.

    Untuk dana darurat sendiri bisa dibagi ke beberapa instrumen yang sifatnya mudah dicairkan, namun saya belum cukup percaya diri untuk sharing apa saja instrumen yang bagus.

    Lebih baik Anda menanyakan ke yang lebih kompeten, misalnya finansial advisor yang memiliki sertifikasi resmi.

    Tips 5 : Tidak Perlu Latah Info

    Kalau Anda baru mulai berinvestasi, entah itu saham maupun reksadana, biasanya Anda akan cenderung mencari-cari info terkini mengenai investasi pasar modal.

    Ya memang tidak ada salahnya untuk terus “keep update”, mengenai instrumen investasi Anda.

    Namun jika terlalu banyak informasi yang Anda konsumi, justru akan menyulitkan Anda sendiri.

    Di era sekarang banyak sekali sumber informasi yang tersedia, bahkan di media sosial sekalipun banyak sekali akun-akun yang membahas seputar investasi.

    Namun itu juga menjadi tantangan baru. Ketika dulu saya memulai investasi, benchmark yang saya gunakan bisa dihitung dengan jari.

    Saya ingat sekali 3 sumber informasi yang saya gunakan adalah : Website IDX, Infovesta, dan Berita Terkini.

    Sekarang? Banyak banget!

    Tantangan sekarang adalah apa yang disebut “Information Overload”, ada begitu banyak acuan, metode, teknik, tips yang tersedia baik di mesin pencarian maupun di social media.

    Sayangnya, kita tidak tau informasi mana yang valid dan mana yang tidak valid.

    Atau justru semua informasi sebenarnya valid, hanya saja informasi tersebut memiliki ketentuan atau kondisi tertentu.

    Jadi semakin bingung bukan?

    Itu sebabnya mengkonsumsi informasi terlalu banyak justru bisa berbahaya. Lagipula jika saat ini Anda berinvestasi di Reksadana, Anda tidak perlu terlalu memikirkan hal-hal seperti IHSG, analisa teknikal, dan hal teknis lainnya.

    Karena dibalik sebuah produk reksadana, terdapat manajer investasi yang sudah memiliki skill dang pengalaman dalam mengelola dana investasi di pasar modal.

    Apa yang ada di pasar, mereka sudah pertimbangkan terlebih dahulu. Mungkin jauh lebih dulu daripada saat Anda mengetahui isu tersebut.

    Beda halnya jika Anda trading saham secara harian, ya. Saya tidak punya kemampuan untuk memberi saran dalam hal ini.

    Baca Juga : Resiko Investasi: Pelajaran Investasi dari Bawang

    Tips 6 : Kerja / Cari Penghasilan

    Apakah investasi membuat Anda kaya? bisa iya bisa tidak.

    Dalam investasi tidak ada hal yang pasti. Dimana ada peluang untuk mendapat return, disitu juga ada risiko yang sama besarnya.

    Lalu bagaimana caranya untuk mendapat penghasilan yang lebih pasti selain investasi?

    Ya kerja lah, bro!

    Kerja disini juga bukan kerja kantoran saja. Dagang, freelance, side job, apapun.

    Nanti setelah mendapatkan penghasilan dari bekerja, sebagian bisa Anda investasikan jika Anda mau.

    Jika tidak, ya tidak masalah. Itu pilihan Anda.

    Penutup

    Pasar modal adalah salah satu bentuk investasi yang bisa dibilang sudah cukup teruji. Berbagai zaman dan bermacam-macam krisis sudah pernah dilewati.

    Namun investasi pasar modal tetap ada hingga sekarang.

    Perkembangan informasi saat ini membuat model bisnis yang lebih variatif dan meningkatakn kecepatan dalam persebaran informasi.

    Itu bisa jadi sebuah keuntungan, namun bisa juga sebuah ancaman.

    Menurut hemat saya, akan cukup menguntungkan bagi siapapun yang ingin terjun ke suatu bidang jika mempelajari fundamental terlebih dahulu.

    Fundamental yang saya maksud adalah bagaimana sebuah sistem bekerja, bagaiman sebuah keuntungan atau kerugian terjadi dan semacamnya.

    Semoga artikel ini dapat menjadi sarana untuk berkembang bagi penulis dan pembacanaya.

    Terimakasih.

    Leave a Comment

    five × 4 =