fbpx

Resiko Investasi: Pelajaran Investasi dari Bawang

Disclaimer : Tulisan ini dibuat sebagai respon penulis terhadap minimnya pengetahuan masyarakat terhadap resiko investasi. Apa yang saya tulis disini tidak selalu benar karena terikat dengan suatu kondisi dan waktu tetentu.

Malam itu, selepas pulang kerja kami mampir di Supermarket. Belanja rutin, perbekalan dapur untuk seminggu.

Saat sampai rumah, istri saya mengambil 2 atau 3 siung bawang putih yang kami beli di Supermarket tadi.

Memasukannya ke gelas bekas air mineral, menutupinya dengan tanah, dan meletakannya di dalam lemari dapur, lalu menutupnya.

Oh, mau nanem bawang Dia. Ujar saya dalam hati.

Belajar Investasi dari Bawang Putih

Saat lockdown diawal masa pandemi COVID-19, Kami lebih sering masak sendiri ketimbang membeli makanan di luar.

Masakan ringan saja, paling telur, nasi goreng, atau sup.

Ketika saya ingin memasak telur dadar, istri saya nyeletuk

“daun bawangnya ambil di pot ya, yang”.

Ha? Di pot? , pikir saya.

Lalu saya menemukan jawabannya dalam sekejap.

Bawang putih yang beberapa hari lalu dia tanam sudah tidak dalam gelas air mineral, melainkan sudah dipindah ke dalam pot.

Sudah cukup subur. Daunnya pun saya cium cukup wangi. Khas daun bawang.

Dalam hati saya, boleh juga nih ide istri saya hahaha

Bonus video yang terekam Instastory hehe.

Setelah kejadian itu saya tertegun, mungkin sejak awal istri saya memang tidak ada niat untuk menanam bawang putih dan menghasilkan bawang putih yang lebih banyak.

Dia cukup butuh daunnya saja.

Setidaknya tidak perlu beli daun bawang. Tinggal petik, hehe.

Kalaupun gagal resiko investasi yang ditanggung kecil.

Dan itu sebenarnya mirip sekali dengan konsep alokasi investasi yang kita pahami selama ini.

  • Sebagian kita makan, digunakan sebagai bumbu dapur saat memasak.
  • Sebagian disimpan/ditabung, dimasukan ke kulkas untuk digunakan dikemudian hari saaat butuh.
  • Sebagian di investasikan. di tanam didalam pot

Dan ajaibnya lagi sejak awal istri saya tidak pernah mengharapkan sesuatu yang besar seperti ‘punya kebun bawang putih sendiri’.

Dia realistis. Hahaha.

Dalam Investasi, keuntungan akan datang bergantung pada 2 hal: Modal dan Waktu.

Jika ingin mendapatkan hasil yang besar kamu bisa investasi dengan modal tidak terlalu besar dengan jangka waktu yang lama.

Atau, bisa siapkan modal yang besar dan jika ingin berinvestasi di jangka pendek untuk mendapat return yang sama.

Masing-masing punya resiko investasi sendiri, dan saya tidak tertarik untuk membahas mana yang lebih baik

Sebelum Investasi, Belajar lah Mengelola Ekspektasi

Jika menanam pohon bawang di pot, berharap lah bisa memanfaatkan daunnya saja.

Jika menanam pohon bawang di lahan besar, anda bisa berharap memanen bawang dalam jumlah lebih besar.

Namun jangan lupa sisakan untuk masa tanam selanjutnya. Semua ada harganya.

Jika kamu cuma sanggup berinvestasi saham secara pasif sejumlah 24 juta per tahun, kemungkinan return penghasilan mu maksimal hanya 10%-nya.

Kalau dibawah itu wajar, diatas itu Alhamdulillah banget.

Yang jelas, kalau Anda punya asumsi bahwa semua investasi Anda akan naik 100% jelas itu tidak logis.

Apalagi jika ada embel-embel semacam “tanpa risiko investasi”, itu kemungkinan besar adalah omong kosong.

Apakah tidak mungkin?

Mungkin sih, tapi ada beberapa kondisi external yang harus terpenuhi. Jadi anggap aja tidak mungkin.

Analoginya seperti “apakah mungkin matahari terbit dari barat?”

Mungkin sih, tapi kan ga setiap hari juga hehe. Disebutkan dalam kitab suci cuma ada 1 hari. Hari Kiamat.

Sesat pikir yang ada dalam dunia investasi saat ini sering dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk meraih keuntungan.

Iming-iming return yang besar, balik modal cepat, dan modal yang relatif kecil dari dulu sampai sekarang sering digunakan untuk gimmick dalam investasi bodong atau money game.

Kegagalan dalam mengelola ekspektasi sering kali membuat orang menjadi rentan dengan iming-iming seperti itu.

Investasi Terbaik dan Harga yang Harus Dibayar

Seperti yang saya singgung sebelumnya, semua ada harganya. Termasuk investasi.

Dan sebaik-baik investasi adalah yang biayanya tidak mengorbankan sesuatu yang paling berharga bagi Anda.

Tiap orang punya nilai sendiri bagi yang mereka anggap ‘paling berharga’.

Ada yang menganggap keluarga paling berharga, ada juga waktu, kebebasan (freedom), atau apapun itu.

Jika sesuatu yang saat ini Anda anggap sebuah investasi memiliki resiko investasi yang dapat mengambil hal terbaik yang sudah Anda miliki saat ini, ada baiknya Anda evaluasi investasi tersebut.

Menurut saya, sampai saat ini, investasi dengan imbal balik terbesar adalah dengan ‘investasi’ ke diri sendiri.

resiko investasi untuk belajar dan mengupgrade ilmu relatif kecil

Contohnya: investasi untuk keahlian tertentu, pengalaman, sertifikasi.

Anda bisa menyelesaikan tulisan ini adalah sebuah kompensasi dari apa yang sudah Anda pelajari dari zaman sekolah (belajar membaca) hingga mungkin kuliah (mempelajari istilah yang lebih advance).

Jika Anda tidak pernah mengemban bangku kuliah atau sekolah, saya menaruh respect besar kepada Anda.

Karena pasti perjuangan Anda mungkin jauh lebih berat dari orang kebanyakan, dan itu artinya kerja keras Anda juga jauh lebih banyak dari orang kebanyakan

Saya angkat topi untuk Anda

Kisah Nelayan Mexico dana Lulusan Harvard

Seorang lulusan MBA (Master of Business Administration) Harvard sedang berlibur di salah satu wilayah Mexico. ia melihat sebuah perahu nelayan kecil baru bersandar.

Dan ada seorang nelayan turun dari perahu membawa hasil tangkapan yang tidak banyak. Lulusan Harvard tadi heran, kenapa hasil tangkapannya sedikit sekali.

Dia pun menghampiri Nelayan tersebut dan bertanya,

“Halo paman, sejak pukul berapa kamu pergi ke laut? Apakah tangkapanmu ini cukup?”

Nelayan tadi menjawab,

“Aku melaut cuma sebentar kok, dan ya itu sudah cukup untuk memberi makan keluargaku dan aku masih bisa memberikan beberapa ikan untuk teman yang membutuhkan”.

Lulusan Harvard tadi, kembali bertanya

“Lalu kenapa tidak melaut lebih lama? Kan ikan tangkapannya bisa lebih banyak. Apakah paman sedang sibuk?”

Nelayan tadi tersenyum dan bercerita,

“Aku cukup sibuk mister” katanya.

“Tiap malam aku tidur larut. Lalu cari ikan sebentar, dan bermain dengan anak dan istriku, jalan-jalan sore mengelilingi desa sekaligus nongkrong minum wine bersama teman-teman”

Lulusan harvard tadi berdiri dan tertawa,

“Paman, aku ini lulusan Harvard”,

“Aku bisa membantumu membuat bisnis yang maju agar kamu bisa membeli kapal dan punya pabrik ikan sendiri, dan kamu bisa jual langsung ke konsumen tanpa harus jual lewat para tengkulak. Aku bisa membantumu mengelola resiko investasi yang mungkin kamu hadapi nanti”

Nelayan tadi terlihat antusias “Berapa lama sampai saya bisa punya itu semua, Mister?”

Lulusan Harvard menjawab,

“Mungkin 10 sampai 15 tahun. Setelah itu kamu bisa melakukan IPO (mendaftarkan perusahaan ke bursa saham), dan kamu bisa punya lebih banyak waktu bersantai dengan keluarga.

“Hahaha”, nelayan tadi tertawa.

“Maaf mister, buat apa saya harus menunggu 10 sampai 15 tahun hanya untuk melakukan apa yang bisa saya lakukan saat ini?”, katanya dengan polos.

alumni harvard berbicara mengenai resiko investasi kepada nelayan

Kisah ini diambil dari Buku berjudul 4 Hour Work Week, karangan salah satu penulis favorit saya Tim Ferris.

Setiap orang memiliki nilai masing-masing. Dan apa yang berharga bagi tiap orang tentu berbeda-beda pula.

Jangan paksakan standar yang Anda miliki berlaku juga untuk orang lain, begitu pula sebaliknya.

Baca Juga : Bagaimana Online Shop bisa Profit dari Iklan/Ads Berbayar?

Kesimpulan

Dalam investasi keuntungan akan diikuti dengan resiko investasi, jangan hanya hitung kemungkinan keuntungannya saja. Hitung juga tingkat risiko dan kesiapan menanggung risiko,

Semua ada harganya.

Tiap orang punya nilai masing-masing dalam hidupnya, jangan paksakan nilai yang kita miliki pada orang lain. Begitu pula kita tidak perlu membandingkan nilai yang dimiliki orang lain harus kita miliki juga.

2 thoughts on “Resiko Investasi: Pelajaran Investasi dari Bawang”

    • Wuaduh apa kabar, Ikhsan?
      Hahaha betul, salah satu orang yang bisa dibilang menginspirasi gw buat nulis emang mas Rianto Astono san.
      Tulisan dan medium dia “nulis” beragam banget.

      Sukses juga san.
      Btw ada kontak atau socmed yang bisa dihubungin ga nih san ?

      Reply

Leave a Comment

ten − 3 =