fbpx

Produktivitas Kerja dari Sebuah Fenomena Ekonomi: The Diderot Effect

Diawali dari perilaku yang terjadi pada sekelompok orang, dijadikan teori ekonomi hingga diadopsi sebagai pemicu Produktivitas Kerja oleh James Clear di bukunya Atomic Habits.

Inilah sebuah cerita mengenai The Diderot Effect

Kisah Diderot, Sang OKB (Orang Kaya Baru)

Seorang filsuf bernama Denis Diderot menjalani hampir seluruh hidupnya dalam kemiskinan.

Suatu saat anak perempuannya akan melangsungkan pernikahan, namun Diderot belum memiliki cukup dana untuk membiaya pernikahan tersebut.

Mendengar kesulitan dana yang dialami oleh Diderot, salah satu permaisuri dari Rusia yang mengagumi karya Ensiklopedia milik Diderot menawarkan bantuan.

Sang permaisuri berniat untuk membeli perpustakaan pribadi milik Diderot.

Uang yang diterima Diderot cukup banyak, bahkan tidak hanya cukup untuk menikahkan anak perempuannya. Diderot juga sanggup membeli gaun terbaik.

Karena kondisi ekonomi yang membaik, anak laki-laki Diderot merasa sudah sewajarnya mereka memperbarui beberapa hal dalam rumah mereka.

Anak laki-lakinya pun mulai membeli karpet yang didatangkan langsung dari Damaskus. Kemudian membeli Cermin yang lebih besar dan megah.

Tidak hanya sampai situ, Dia juga membeli meja dapur yang lebih besar. Bahkan menghiasi rumahnya dengan patung-patung mahal. Dan berlanjut ke beberapa barang lainnya.

Dari kisah itu lah muncul sebuah istilah berupa : The Diderot Effect.

Sebuah istilah yang mewakili : kecenderungan untuk membeli barang lain untuk melengkapi pembelian yang dilakukan pertama kali.

Yang kemudian fenomena ini juga di adopsi di dalam bidang lain, salah satunya mengenai Produktivitas.

Kecenderungan yang Sering Terjadi Sehari Hari

Dalam bukunya Atomic Habits, James Clear menyadari bahwa Diderot Effect tidak hanya terjadi dalam perilaku membeli barang.

Mungkin Anda pernah merasakan ingin membeli suatu barang, lalu setelah itu anda merasa memiliki keinginan atau gairah membeli barang lain yang masih berhubungan.

Sebagai contoh ini terjadi pada saya saat pertama kali membeli biji kopi, lalu saya tertarik membeli Grinder.

Kemudian saya tiba-tiba merasa butuh membeli V60 Dripper, Goose Neck Kettle, dan seterusnya.

Semua dimulai saat saya membeli biji kopi.

Baca Juga : Identitas itu Perlu Bukti

Manfaatkan dalam Membangun Produktivitas

James Clear memanfaatkan Diderot Effect sebagai suatu cara untuk membangun kebiasaan baru, sesuai dengan spesialisasinya dalam hal produktivitas kerja.

Dalam teknik yang dia kembangkan bertajuk “Habits Stacking”, dia membuat sebuah metode bahwa segala sesuatu bisa dimulai dengan pemicu sederhana.

Sebagai contoh jika ingin lari pagi rutin, kegiatan pemicunya bisa Anda buat berupa “setiap jam setengah 6 pagi, anda berjemur di depan rumah selama 7 menit dengan menggunakan sepatu kets”

Tidak harus merencanakan untuk langsung lari sejauh 5 km. Cukup berjemur dengan sepatu kets selama 7 menit saja.

Biasanya, nanti setelah anda melakukannya akan ada perasaan semacam “ini diem doang nih? Sambil jalan / lari lari kecil deh biar ga bosen”.

Lakukan itu selama beberapa hari, maka Anda kemungkinan besar akan “melakukan step by step” secara natural.

Seminggu ini, saya sudah mencobanya.

Pengalaman saya meningkatkan Produktivitas lewat Habit Stacking

Ada beberapa hal kebiasaan yang ingin saya ubah dan tambahkan dalam hidup saya sekarang.

Karena saya mulai sadar bahwa sibuk tidak sama dengan produktif. Itulah salah satu alasan saya mulai aware dengan hal-hal terkait produktivitas kerja.

Yang ingin saya ubah adalah: saya ingin lebih memanfaatkan waktu luang. Dan yang ingin saya tambahkan adalah membaca buku minimal 20 halaman sehari.

Setelah saya perhatikan kebiasaan saya, salah satu kebiasaan saya yang paling membuang waktu adalah di kamar mandi. Terutama saat pup.

Hahaha saya merasa nyaman sekali di kamar mandi sambil Twitteran, Youtube, atau mungkin membaca jurnal terbaru. Tapi menurut saya ini sudah terlalu buang waktu.

Dan saya mulai cari cari bagaimana untuk mengurangi hal itu.

Hari pertama saya putuskan untuk setiap malam / sebelum tidur untuk tidak men-charge ponsel saya.

Ini akan menyebabkan saat mandi pagi ponsel saya mati karena baterainya habis. Dan saya tidak bisa buka HP saat pup.

Dan hari pertama saya merasa mati gaya, hahaha. Tapi kabar baiknya waktu saya di kamar mandi berkurang cukup drastis.

Saya selesai dalam 20 menit, biasanya mungkin saya hampir sejam cari wangsit di kamar mandi hahaha.

Tapi timbul perasaan: “sepertinya waktu 20 menit ini bisa saya manfaatkan dengan lebih baik deh”.

Akhirnya saya memutuskan untuk sebelum tidur saya meletakan buku di kamar mandi, dengan rencana esok hari saat saya pup mungkin bisa baca sekitar 5 halaman.

Hari kedua, saya merasa 5 halaman terlalu sedikit. Saya tambahkan menjadi sekitar 10 halaman.

Saat tulisan ini dibuat, mungkin sudah hari ketujuh. Dan saya dapat menyelesaikan hampir 20 halaman setiap poop pagi.

Trigernya sederhana : bagaimana caranya agar tidak bisa buka handphone saat pup.

Kesimpulan

  • Buat trigger/pemicu kecil untuk memulai sesuatu.
  • Prinsip mulai dari yang terkecil memang mungkin benar adanya, karena semakin besar awalan yang anda buat akan semakin tinggi ekspektasi Anda. Ekspektasi tinggi dapat melukai diri Anda sendiri.
  • Jika mobil Anda mogok, titik terberat untuk mendorong sebuah mobil adalah dari mulai berhenti dan mulai bergerak sedikit. Disini akan terasa berat sekali. Namun jika sudah berjalan, itu akan jauh lebih ringan. Dalam fisika hukum ini desebut momentum.
  • Begitu juga dalam kebiasaan, memulai itu akan berat sekali. Maka buatlah hal yang ringan untuk memulai.

2 thoughts on “Produktivitas Kerja dari Sebuah Fenomena Ekonomi: The Diderot Effect”

Leave a Comment

thirteen − six =