Ada sebuah kisah menarik dari seorang guru yang mengajarkan tentang entrepreneurship.
Dosen ini melakukan sebuah tes kepada murid-muridnya yang diberi nama “5 DollarTest”.
Peraturan dalam tes ini :
- Beberapa murid diminta untuk membuat kelompok, jadi dalam satu kelas terdapat beberapa kelompok
- Tiap kelompok akan diberi amplop berisi uang sebesar 5 dollar
- Tugasnya adalah tiap kelompok diminta untuk membuat suatu cara menghasilkan uang, dan amplop tadi bisa dijadikan sebagai modal
- Namun, jika memutuskan untuk membuka amplop tersebut maka uangnya harus segera digunakan. Maksimal 2 jam setelah amplop dibuka.
- Diakhir kelas, akan ada waktu presentasi yang akan diberikan
Hasil tes tersebut
Setelah tes tersebut selesai, hasilnya mengejutkan. Banyak sekali hasil yang diluar dugaan.
Dengan tugas seperti diatas banyak murid yang berpikir hal seperti membeli lotre atau hal lain yang sifatnya keberuntungan secara instan. Kebanyakan dari mereka gagal tentunya.
Beberapa berpikir untuk berjualan hal-hal yang mudah seperti berjualan es lemon (lemonade). Dan mereka berhasil mendapatkan beberapa puluh dollar hingga akhir.
Ada juga yang berhasil mencetak hingga ratusan dollar dengan menyediakan jasa isi angin ban sepeda.
Saat sabtu dan minggu, kelompok ini akan ‘mangkal’ di dekat asrama mahasiswa dan menawarkan untuk mengecek angin ban sepeda.
Jika ternyata anginnya kurang, mereka menawarkan isi angin ban dengan biaya 1 dollar.
Mereka berhasil mencetak puluhan dollar dalam waktu singkat. Namun mereka mencoba hal baru yaitu dengan sistem donasi.
Orang bisa membayar dengan jumlah terserah mereka. Setelah itu dicoba penghasilan mereka justru melonjak naik. Banyak orang yang berdonasi lebih dari 1 dollar.
Kelompok dengan penghasilan terbesar
Ada satu kelompok yang berhasil mencetak penghasilan hingga 650 dollar.
Kelompok ini menyadari bahwa modal yang bisa mereka gunakan bukan lah uang 5 dollar ataupun waktu selama 2 jam setelah amplop dibuka.
Mereka menganggap, asset terbaik mereka adalah waktu 3 menit dalam presentasi mereka nanti.
Akhirnya, selama waktu yang ditentukan mereka tidak melakukan apapun kecuali memantau usaha teman-teman mereka.
Mereka memperhatikan mana usaha yang potensial.
Lalu menawarkan pada usaha potensial yang ada di kelas tersebut, bahwa mereka bisa menggunakan jatah presentasi di depan kelas.
Dalam presentasi nanti, kelompok ini menjanjikan untuk promosi bisnis milik kelompok lain (yang bersedia membayar tentunya), tujuannya agar ada siswa lain yang mau join bisnis mereka setelah kelas ini usai.
Mereka sadar bahwa mereka memiliki 3 menit untuk menjangkau seluruh siswa dalam satu sekolah. Dan kesempatan ini cukup langka terjadi.
Dan ide ini berakhir dengan 650 dollar. Penghasilan tertinggi pada tes ini.
Tidak menggunakan uang sama sekali
Ajaibnya pada tes ini, usaha yang berhasil menghasilkan jumlah yang besar kebanyakan tidak menggunakan uang 5 dollar di dalam amplop sama sekali.
Pelajaran yang bisa kita ambil, kalau modal kita sedikit anggap saja tidak punya modal sama sekali.
Sering kali ketersediaan modal membatasi kita untuk melakukan sesuatu.
Sebagai penggantinya, ada hal lain seperti mempertajam pengamatan atas masalah yang ada dan cari solusinya.
Cari solusi terdekat yang bisa kalian lakukan. Dengan biaya yang kita bisa tangani, atau yang tidak perlu biaya sama sekali
Banyak sekali bisnis yang punya modal tidak jadi apapun. Jadi modal juga bukan jaminan.
Kalau kata salah satu guru saya, mas Fikry Fatullah: “Bisnis yang baik adalah yang menghasilkan uang, bukan menghabiskan uang”
Memiliki banyak modal ibarat memiliki gudang peluru.
Kita bisa menambak lebih sering. Karena stok peluru kita banyak.
Disisi lain, kita juga punya kecenderungan untuk menghambur-hamburkan modal.
Namun dengan modal terbatas, kita akam lebih hati-hati. Kita lebih fokus untuk belajar dan memanfaatkan potensi lainnya.
Keterbatasan ibarat pembatas jalan. Membuat kita tidak bebas pergi kemana.
Namun dengan pembatas kita bisa mengarahkan kita ke tujuan dengan lebih cepat.