fbpx

Kualitas dan Kuantitas Informasi dalam Bisnis

Kualitas dan kuantitas informasi dalam komunikasi bisnis sangat tergantung pada beberapa faktor. 

Sering kali ini dianggap sebagai 2 pilihan yang dikotomis. Kalau pilihan A benar, maka pilihan B salah. Dan juga sebaliknya.

Padahal Kualitas dan Kuantitas bisa berjalan beriringan sesuai kebutuhan.

Pada kondisi tertentu banyaknya informasi bisa saja lebih diperlukan. Tidak masalah kualitasnya ‘biasa-biasa saja’. Yang penting masih sesuai dengan ambang toleransi.

Pun sebaliknya.

Arti Kualitas dan Kuantitas

Sebelum membahas lebih jauh mengenai informasi bisnis, kita akan coba untuk mendefinisikan terlebih dahulu apa itu kuantitas maupun kualitas.

Saya ambil definisi ini berdasarkan apa yang ada pada Cambridge Dictionary:

  • Quality : how good or bad something is / a characteristic or feature of something
  • Quantity : a particular or indefinite amount of anything 

Jadi secara sederhana, 

Kata Kualitas mewakili “seberapa baiknya sesuatu”.

Kata Kuantitas mewakili “seberapa banyaknya sesuatu”

Semua ada waktunya, semua ada tempatnya

Jika kita makan di restoran mewah, bahan yang digunakan berasal dari sumber terbaik. Daging terbaik, ikan segar, sayuran organik, dan bahan premium lainnya.

Biasanya, harganya cenderung mahal dan porsi yang ditawarkan cenderung sedikit. Tapi itu semua sebanding dengan cita rasanya.

Sebaliknya jika kita makan di Warteg, mungkin bahan-nya bukan berasal dari bahan terbaik. Namun tetap sangat layak untuk dikonsumsi.

Rasanya juga lezat, dan harganya jauh lebih terjangkau. Jika kita makan sepiring merasa kurang, kita tidak perlu berpikir lama untuk nambah ke piring selanjutnya.

Dari 2 jenis makanan tadi, mana yang Anda pilih ?

Jika anda sudah menentukan pilihan, pertanyaan selanjutnya…

Apakah Anda akan makan, dengan makanan restoran mewah / warteg diseluruh hidup Anda ?

Realitanya, biasanya Anda tidak akan makan mewah seumur hidup. Pun Anda tidak akan makan masakan warteg seumur hidup.

Anda mungkin akan menikmati kualitas makanan diantara 2 standar yang Anda miliki.

Sama hal-nya dengan informasi bisnis..

Kadang Anda memerlukan informasi yang banyak. Tidak papa kualitasnya tidak detail. Salah satu contohnya adalah untuk keperluan tracing Covid-19.

Pemerintah sejauh ini hanya membutuhkan informasi yang berkaitan dengan detail seberapa banyak orang yang positif, OTG, meninggal, dan sembuh.

Informasi yang dibutuhkan sebanyak-banyaknya. Namun tidak perlu detail sekali seperti detak jantung harian, riwayat penyakit, ataupun golongan darah.

Mungkin data itu nanti akan diperlukan oleh dokter yang menangani. Tapi untuk keperluan statistik perkembangan Covid se-Indonesia tidak perlu.

Namun kadang Anda butuh informasi yang detail juga. Seperti yang saya sebutkan tadi, dokter butuh informasi yang lebih detail untuk penanganan.

Setiap hal yang terjadi, membutuhkan informasi dengan tingkat ​kuantitas dan kualitas yang berbeda.

Era Informasi membentuk masalah baru

Coba cek lini masa media sosial Anda. Ada berapa banyak informasi yang Anda terima dalam sekali melihat timeline?

Dan cek satu per satu, apakah Anda benar-benar membutuhkan informasi tersebut?

Information Overload memang salah satu ancaman di era saat ini.

Konon, founder Facebook, Mark Zuckerberg hanya memiliki kaos berwarna hitam saja. Itu ia lakukan untuk menghindari pikiran “mau pakai baju warna apa hari ini ?”

Sekarang coba ketikan sesuatu di Google, akan banyak sekali informasi disana. Masalahnya Anda tidak tau mana informasi yang benar dan yang salah.

Karena kita sadar bahwa informasi yang ada di internet tidak semuanya berkualitas, akhirnya kita mencari tau lebih lama, menggali lebih dalam.

Alhasil waktu yang diperlukan jadi jauh lebih lama.

Tujuan kita jadi bergeser. Kita lupa ada masalah yang harus ditemukan solusinya.

Bukan malah mencari website mana yang benar dan website mana yang salah.

Apa jangan-jangan ketidaktahuan juga merupakan sebuah berkah tersendiri di era seperti sekarang ?

Surakarta, 27 Agustus 2021

Leave a Comment

five × one =