fbpx

Proses Bisnis – Bagaimana Hingga Ditemukan Pelanggan

Proses bisnis adalah hal yang terlihat sederhana, namun eksekusinya harus nyata.

Salah satu teman saya pernah mencoba membuat website toko online untuk bisnisnya.

Salah satu yang jadi pertimbangannya adalah karena perkembangan bisnis online yang sangat pesat akhir-akhir ini.

Belakangan saya tau bahwa Dia mengambil keputusan tersebut karena mengikuti saran dari seseorang yang memiliki label sebagai “mentor bisnis”.

Singkat cerita, Dia membuat sebuah website ecommerce dimana pembeli produknya dapat langsung checkout/melakukan pembelian via website.

Sebagai teman, saat itu saya punya sedikit kegelisahan. Saya merasa kurang bijak jika langsung menggunakan website dengan sistem yang full otomatis seperti itu.

Menurut saya, saat ini masyarakat Indonesia masihbanyak yang belum siap dengan proses bisnis yang otomatis secara penuh.

Photo by PhotoMIX Company from Pexels

Karena itu teman saya sendiri, saya coba tegur. Saya coba persuasi untuk menambahkan fitur chat via Whatsapp.

Karena menurut saya, saat ini banyak orang yang belum siap menggunakan fitur website checkout.

Saat itu, Dia menolak pendapat saya, dan tetap teguh pada pendiriannya.

Menurutnya, akan butuh tenaga lebih jika ada pembelian via Whatsapp. Paling tidak harus ada satu pegawai yang bertanggung jawab membalas chat calon konsumen.

Alasan penolakannya cukup logis. Karena memang kenyataannya akan lebih ribet kalau kita punya lebih dari satu channel penjualan.

Itu memang fakta.

Alhasil dibuat lah website tersebut.

Banyak bisnis, “tidak mengizinkan” pembeli untuk membeli produk mereka

Tahukah Anda ? Menurut data WHO, jumlah orang dengan keterbatasan fisik adalah sebanyak 15% dari total populasi di Dunia?

Atau kurang lebih sekitar 1 Milyar orang.

Definisi keterbatasan fisik ini beragam dan rentangnya cukup luas.

Sebagai contoh orang dengan keterbatasan penglihatan ada yang rabun jauh, rabun dekat, buta warna, hingga yang mengalami kebutaan. Rentang dari istilah “keterbatasan fisik” itu memang cukup luas.

Dengan jumlah sebesar itu, saudara-saudara kita ini seringkali punya keterbatasan dalam menggunakan fasilitas ataupun produk yang mungkin bisa didapatkan dengan mudah oleh kebanyakan orang.

Namun semakin berkembangnya zaman dan teknologi, Alhamdulillah saat ini sudah semakin terbantu dengan produk-produk yang ada.

Banyak produk mulai melakukan penyesuaian agar juga bisa dinikmati oleh teman-teman difable.

Source : World Health Organization

Sebagai contoh, hampir seluruh smartphone saat ini sudah memiliki fitur “Assistant”. Di Android ada Google Assitant, sedangkan di Apple Devices menyediakan Siri.

Ini bisa memudahkan teman-teman yang memiliki keterbatasan penglihatan untuk menggunakan Smartphone berdasarkan perintah suara.

Selain itu Google juga menyediakan Google Docs dimana salah satu fiturnya memungkinkan penggunanya dapat mengetik tulisan melalui suara.

Bahkan ada cerita menarik bahwa seorang yang mengalami kebutaan bisa bekerja di salah satu perusahaan terbesar di dunia, yaitu Google. Anda bisa lihat kisahnya pada video dibawah ini.

Google bisa dibilang sebagai perusahaan yang cukup peka untuk menyelesaikan masalah seperti ini, mereka mencoba untuk menjangkau orang sebanyak mungkin untuk menggunakan produknya.

Google coba memangkas hambatan yang akan membuat orang lain tidak jadi / tidak bisa menggunakan produknya.

Karena mengabaikan proses bisnis dari kaum difable sama dengan mengabaikan lebih dari 1 milyar target konsumen potensial.

Hambatan dalam menemukan sebuah produk

Layaknya Google, bisnis lain mungkin juga memiliki masalah yang hampir sama.

Walaupun mungkin tidak sekompleks yang Google miliki. Saya akan coba menjadikan bisnis “Makanan” sebagai contoh.

Dalam bisnis makanan, model yang ditawarkan pun beraneka ragam. Ada yang model Cafe, Restoran, Gedung, Pertemuan, Bisnis Rumahan, atau yang perlu Pre-Order terlebih dahulu.

Tiap bisnis tentunya memiliki target konsumen masing-masing.

  • Ada konsumen yang perlu datang ke suatu restoran karena ingin refreshing atau nongkrong.
  • Ada yang butuh dine-in untuk pertemuan bisnis.
  • Ada juga yang lebih suka membungkus dan makan di rumah. Semua punya karakternya masing-masing.
  • Namun ada sebuah kesamaan dari semua pelanggan calon pelanggan diatas.

    Mereka butuh effort untuk mencapai sebuah produk makanan yang ditawarkan, apapun preferensi yang mereka pilih.

    Ada yang sengaja follow akun kuliner di social media, ada yang searching di Google, ada pula yang cari di Gojek berdasarkan review ataupun jenis makanan.

    Semakin mudah suatu bisnis ditemukan, semakin besar suatu penjualan akan terjadi

    Yang sering terjadi, tidak semua bisnis makanan dapat muncul saat ada orang yang mencari/membutuhkan.

    Penyebabnya bisa bermacam-macam. Antara lain :

  • Tidak semua orang tau cara bagaimana bisnis mereka bisa ditemukan
  • Tidak semua orang mau berkorban untuk ditemukan
  • Ada semacam sistem “slot terbatas” yang menyebabkan tidak semua bisnis bisa muncul.
  • Pada artikel ini saya akan coba untuk membahas penyebab yang pertama.

    Bagaimana sebuah bisnis bisa ditemukan di Era Internet Saat Ini

    Kadang hambatan dalam berjualan tidak selalu mengenai apa produk yang tepat. Bisa jadi produknya sudah tepat, tapi tetap saja belum menghasilkan penjualan.

    Dan salah satu penyebabnya adalah produk yang Anda miliki tidak ditemukan oleh konsumen saat membutuhkan.

    Proses bisnis jaman dahulu, kita bisa tau ada sebuah kedai / toko makanan enak dari rekomendasi yang diberikan oleh teman, keluarga, atau kolega terdekat.

    Saat ini pun cara tersebut masih bekerja dengan baik. Malahan yang dapat memberi rekomendasi saat ini bisa siapa saja. Termasuk orang yang tidak kita kenal.

    Sebuah produk akan dibeli jika itu menjadi sebuah solusi dari masalah.

    Orang lapar, cari makanan / tempat makan. Orang bosan mencari hiburan. Dan seterusnya.

    Jika mau coba untuk di klasifikasikan, ada 3 jenis metode yang umum digunakan saat ini dalam mencari sebuah produk.

  • Search Engine Based
  • Social Media Based
  • Marketplace Based
  • Akan saya bahas secara lebih detail per bagian setelah ini

    Search Engine Based – datang disaat membutuhkan

    Search Engine atau mesin pencari saat ini sudah jauh lebih berevolusi dibanding saat pertama kali keluar dulu.

    Google adalah salah satu yang terbesar dalam hal Search Engine.

    Walaupun di beberapa negara ada search engine lain yang tidak kalah populer juga.

    Baidu di China, Yandex di Rusia, Naver di Korea, ataupun Bing yang juga masih digunakan sebagian penduduk Amerika.

    Bisa dibilang search engine adalah pilihan paling populer yang langsung menghasilkan konversi penjualan.

    Karena apapun yang Anda butuhkan, Anda bisa cari di Google dan menemukan sebuah produk sebagai solusinya.

    Keunggulan utama search engine adalah dari sisi konversi-nya terhadap penjualan. Terlebih jika produk Anda bisa muncul di halaman atas mesin pencari.

    Beberapa search engine di Dunia – Reliablesoft

    Hampir bisa dipastikan produk Anda akan kebanjiran order atau paling tidak banyak calon konsumen yang menghubungi Anda.

    Alasan lainnya yang menyebabkan konversi penjualan tinggi adalah karena produk akan muncul disaat yang tepat.

    Ketika orang membutuhkan rekomendasi tempat makan, Google akan menyodorkan hasil pencarian berupa restoran / cafe terdekat.

    Berbeda dengan social media, kemampuan “problem-solving” dari search engine jauh lebih canggih ketimbang social media.

    Karena mungkin memang social media di-design untuk mencari hiburan dan terhubung dengan orang lain. Bukan untuk mencari solusi atas sebuah pertanyaan.

    Hampir semua produk cocok di optimasi di Search Engine, namun dibawah ini adalah beberapa karakter produk yang cocok sekali dioptimasi melalui search engine:

    • Jasa, untuk layanan / jasa paling cocok dioptimasi lewat Google ketimbang Social Media / Marketplace.
    • Premium Product, jika barang yang Anda jual memiliki harga tinggi seperti Rumah, Mobil, Jam Tangan Mewah, ada baiknya mulai lakukan optimasi via Search Engine. Karena di Search Engine orang yang mencari keyword-keyword tersebut adalah yang punya kemampuan untuk membeli (buying power).
    • Offline Store, jika saat ini Anda adalah pemilik bisnis yang memiliki kantor, gerai, toko, atau apapun yang bisa dikunjungi, sebaiknya mulai optimasi melalui Google. Karena Google memiliki fitur untuk optimasi dengan batasan letak geografis. Jauh lebih powerful dibandingkan search engine dari segi konversi.

    Salah satu kelemahan dari search engine based adalah Anda perlu sebuah medium untuk “nangkring” di hasil pencarian Google.

    Medium ini bisa berupa website, landing page, atau minimal adalah sebuah blog. Medium ini merupakan bagian awal dari proses bisnis yang terjadi.

    Tanpa adanya web/blog bisnis Anda akan lebih sulit ditemukan di mesin pencari. Kecuali ada orang lain yang membahas bisnis Anda.

    Alternatif lainnya Anda memiliki akun Google My Business.

    Social Media Based – tempat mayoritas orang netizen berada

    Social media saat ini bisa dibilang sudah masuk kebutuhan sekunder (atau malah primer ?).

    Menurut Social Buddy, rata-rata orang seluruh dunia menghabiskan 142 menit sehari untuk social media.

    Artinya hampir 2 jam sehari. Dan itu hanya jumlah rata-rata, artinya da yang lebih dari itu.

    Kelebihan social media adalah produk Anda bisa muncul disela-sela pengguna bersosialisasi.

    Terutama jika produk Anda viral dan banyak dibicarakan oleh netizen (internet citizen, sebutan untuk pengguna social media).

    Selain itu tingkat konsumsi social media bisa dibilang cukup tinggi jika dibanding search engine.

    Saya pikir tidak ada orang yang mau berlama-lama ada di search engine.

    Semakin lama seseorang berada di search engine artinya dia belum menemukan jawaban atas pertanyaan yang sedang dicari jawabannya.

    Yang artinya search engine itu “kurang canggih” karena gagal menemukan sebuah jawaban bagi penggunanya.

    Source: Socialbuddy

    Perbedaan lain dalam social media terutama dalam hal penjualan, di sosial media proses untuk sampai kepada tahap penjualan akan lebih panjang.

    Karena saat produk Anda tampil di sosial media, tidak semua orang mungkin mengetahui siapa Anda, apa produk Anda, atau bahkan mungkin produk Anda ini “buat apa sih?”.

    Berbeda dengan di search engine, di sosial media tidak semua orang mengerti apa yang mereka butuhkan atau apa yang mereka inginkan.

    Mereka hanya berniat untuk cari hiburan. Tapi kalau tiba-tiba ada iklan mengenai Tas kesukaannya sedang diskon maka tiba-tiba dia akan merasa membutuhkan.

    Itulah sebabnya menjual barang di marketplace lebih cocok menggunakan soft-selling ketimbang hard-selling.

    Pada umumnya tidak ada orang yang suka “dijualin” terlebih jika produk yang ditawarkan adalah apa yang tidak mereka butuhkan.

    Kecuali produk yang ditawarkan adalah jawaban dari masalah yang ingin diselesaikan.

    Anda butuh suatu audience yang tertarget yang memiliki karakteristik tertentu untuk menawarkan sebuah produk.

    Salah satu caranya adalah dengan menggunakan iklan berbayar. Dengan iklan yang berbayar Anda dapat memilih kemana penawaran penjualan Anda akan ditawarkan dengan lebih tertarget.

    Di Facebook atau Instagram sendiri, Anda dapat mentargetkan iklan Anda kepada orang berdasarkan umur, gender, interest, atau kriteria demografis tertentu.

    Marketplace Based – konversi dan persaingan sama besarnya

    10 tahun kebelakang bisa dibilang adalah awal kemunculan marketplace di Indonesia.

    Seperti namanya Marketplace adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli. Ketika orang membutuhkan sesuatu untuk dibeli atau dijual maka tempat pertama yang terpikir adalah : pasar.

    Namun ada sedikit pergeseran makna mengenai Marketplace sendiri. Saat ini Marketplace lebih sering diasosiasikan sebagai website / tempat jual beli secara online.

    Diawal kemunculannya marketplace muncul dengan format rekening bersama seperti yang umum dilakukan di Kaskus melalui format forum.

    Lalu berkembang dengan format listing produk seperti yang dilakukan oleh Tokobagus (saat ini berubah menjadi OLX).

    5 Marketplace Terbesar di Indonesia pada Kuartal 3 2019 – Sumber : iPrice

    Kemudian muncul lah Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee dan beberapa marketplace lainnya. Bahkan beberapa dari Marketplace sudah ada yang gugur di tengah perjalanan.

    Beberapa gugur karena ketidakmampuan bersaing beberapa memang sudah salah menentukan proses bisnis.

    Makin kesini marketplace makin memiliki karakteristiknya masing-masing. Dari sisi produk juga berbeda satu sama lain.

    Ada marketplace khusus jual beli kendaraan, rumah, bahan bangunan, bahkan yang mengincar B2B. Tergantung proses bisnis yang mereka pilih.

    Beberapa tahun yang lalu Gojek juga mengeluarkan beberapa marketplace dengan fungsinya masing-masing.

    Ada yang berupa marketplace makanan, jasa kebersihan, kesehatan, bahkan untuk keperluan pijat.

    Karakteristik utama dari Marketplace adalah dari sisi tujuan. Kalau tidak untuk keperluan membeli sesuatu, berarti ya untuk menjual sesuatu.

    Mungkin beberapa dari Anda akan berpikir konversi marketplace akan lebih tinggi dari search engine ataupun social media karena tujuan visitor datang adalah memang untuk bertransaksi.

    Sumber : Katadata

    Padahal, menurut saya belum tentu juga. Kenapa begitu?

    Karena dalam marketplace biasanya akan ada algoritma tertentu yang dapat memunculkan produk sejenis. Biasanya produk tersebut adalah produk milik kompetitor Anda.

    Secara otomatis produk kompetitor Anda akan muncul juga saat produk Anda muncul. Artinya tingkat kompetisi juga semakin membesar.

    Jika produk yang Anda jual sama persis dengan milik kompetitor, dan kompetitor Anda menyajikan keunggulan yang lebih (misalnya harga lebih murah) maka besar kemungkinan calon konsumen akan lebih memilik produk milik kompetitor.

    Masalah perang harga memang salah satu hal yang sering menjadi masalah bagi pedagang yang berkecimpung di marketplace. Saya pernah menulis mengenai hal tersebut, silakan baca pada link dibawah ini.

    Baca Juga : Apa itu Marketplace ? Sisi Gelap yang Tidak Banyak Orang Tau

    Sebenarnya ada beberapa cara untuk menanggulangi perang harga seperti optimasi rating, mendatangkan pengunjung sendiri langsung ke toko marketplace Anda, dan melakukan multi-channel marketing.

    Multi channel marketing (biasa disebut juga dengan omnichannel marketing) adalah dengan cara melakukan marketing dengan beberapa channel.

    Sekarang carai ini sudah banyak digunakan oleh beberapa pedagang marketplace. Mereka membuat profil toko online di Instagram ataupun Twitter, membangun interaksi dengan calon konsumen, dan untuk pemesanan bisa dilakukan melalui Whatsapp ataupun marketplace.

    Sinergi Offline dan Online

    Misalnya, walaupun buka toko di marketplace namun juga tidak lupa membuat instagram atau website sendiri

    Jadi transaksi lewat marketplace sendiri sifatnya hanyalah satu dari beberapa pilihan yang Ada

    Selama ini mungkin kita sering mendengar ada anggapan bahwa bisnis offline akan tergerus oleh bisnis online.

    Memang anggapan tersebut ada benarnya. Walaupun demikian saya juga tidak sepenuhnya setuju karena memang tidak semua bisnis bisa di-“online”-kan.

    Saya pernah menuliskan keresahan saya tersebut dalam satu postingan khusus pada link yang bisa Anda baca pada link dibawah ini.

    Baca Juga : Bisnis Online itu Ga Keren-Keren Amat, Sebuah Sesat Pikir

    Dibanding merubah total bisnis offline menjadi online, sebetulnya ada opsi dimana bisnis offline bisa berjalan dengan pendekatan semi online.

    Proses bisnisnya berjalan beriringan, bukan berdiri sendiri-sendiri.

    Platform seperti Google My Business adalah contoh nyata bahwa bisnis offline bisa tetap ditemukan melalui mesin pencari.

    Di Google My Business terdapat review dari pengunjung lainnya. Selain itu pelanggan yang sudah datang juga bisa mengunggah foto dari suatu tempat.

    Google My Business – Solusi Sinergi Bisnis Multi Channel

    Contoh lainnya adalah penyedia makanan seperti Gofood atau Grabfood.

    Dengan terdaftar di apps penyedia makanan seperti itu, sebuah bisnis bisa mendapatkan kanal penjualan baru. Dine-in untuk offline, Gofood/Grabfood untuk Online.

    Layaknya sebuah mobil, bisnis juga bisa berjalan secara hybrid. Online bisa, Offline juga bisa.

    Pemilik bisnis akan diuntungkan dengan proses bisnis tersebut, Calon Konsumen juga semakin mudah dalam menemukan solusi mereka.

    Dan itu dapat diaplikasikan untuk berbagai bisnis, tidak hanya bisnis makanan saja.

    Sebelumnya saya juga menulis bagaimana seorang tukang pompa air dapat mendapatkan penghasilan dengan cara seperti ini.

    Baca Juga : Bisnis Online Paling Mudah – Belajar dari Bapak Pompa Air

    Kesimpulan

    Salah satu alasan kenapa bisnis lebih laku dari kompetitornya adalah kemudahan dalam menemukan bisnis tersebut.

    Di dunia minimarket ada Indomaret dan Alfamart yang lebih mudah ditemukan di seluruh Indonesia ketimbang Lawson atau Circle K.

    Di dunia air minum Aqua lebih mudah ditemukan ketimbang Cleo atau Nestle Purelife.

    Merk-merk yang lebih mudah ditemukan diatas bisa jadi tidak lebih unggul dari yang lain. Namun mereka lebih mudah ditemukan dari yang lain.

    Dan satu keunggulan proses bisnis itu sudah cukup untuk mendapat anggapan khayalak ramai bahwa mereka “lebih unggul dari yang lain”.

    Leave a Comment

    17 + two =