fbpx

Bisnis Online itu Ga Keren-Keren Amat, Sebuah Sesat Pikir

Pernahkah kalian memiliki teman yang merasa paling keren?

Dalam berbagai hal ya, tidak hanya dalam bisnis. Baik dari segi selera musik, tim olahraga, tontonan kesukaan. Apapun.

Pokoknya yang tidak satu selera sama dia akan dianggap tidak keren. Yang keren cuma dia dan “idola”-nya saja.

Ini juga sering terjadi dalam bisnis. Beberapa orang menganggap bisnis mereka paling bagus, seolah tanpa celah.

Atau lebih celakanya lagi, jika yang dia banggakan adalah bisnis milik orang lain. Bukan bisnis miliknya.

“Om gua bisnisnya bla bla bla.., ‘dewa’ banget dah pokoknya.” “Gue punya kenalan bisnisnya bla bla bla….. sukses pokoknya”

Tidak jarang juga yang mereka banggakan adalah sistem atau mekanisme bisnis tertentu. Entah itu MLM, Bisnis Online, Bisnis Komoditas, Ekspor, Impor, ataupun bisnis lainnya.

Bisnis Online itu apa sih?

Terbentuknya suatu istilah merupakan bentuk kesepakatan yang dibuat oleh institusi atau kumpulan individu dalam suatu kelompok.

Di Indonesia, yang paling standar adalah menggunakan istilah yang disepakati atau tertulis di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Sayangnya biasanya istilah tersebut terlalu harfiah karena diartikan kata per kata.

Sampai saat ini saya belum menemukan definisi yang bisa disepakati untuk mengartikan kata “bisnis online”. Salah satu alasannya adalah karena scope-nya terlalu luas.

Dan kata yang scope-nya terlalu luas bisa membetuk suatu ‘sesat pikir’.

Saya akan coba sebutkan beberapa kegiatan ‘mendapatkan uang’ melalui bantuan internet:

  • Dagang online
  • Kerja Freelance
  • Remote Working
  • Publisher Adsense
  • Dropship
  • Print on Demand
  • CPA Marketing
  • Affiliate Marketing
  • Filipping
  • Gambling / Judi
  • Stock/Forex Trader
  • Dan banyak lagi yang belum saya sebutkan

Jika ada istilah “Bisnis Online” maka saya pikir itu tafsiran yang terlalu luas. Karena pekerjaan yang saya sebutkan diatas bisa diasosiasikan dengan “Bisnis Online” itu sendiri.

Tapi para penjual online pasti akan marah jika disamakan dengan orang yang suka berjudi secara online.

Baca Juga : Bagaimana Online Shop bisa Profit dari Iklan/Ads Berbayar?

Bisnis Online Lebih Baik dari Bisnis Offline, Benarkah?

Mungkin Anda pernah melihat jargon-jargon “Bisnis Online itu Mudah”, “Jago Bisnis Online dalam sekejap”, “Bisnis era 4.0”, dan sebagainya.

Saya hampir yakin bahwa kata-kata diatas hanyalah pemanis saja, biasanya (walaupun mungkin tidak selalu) agar Anda tertarik untuk mengikuti suatu acara/seminar tertentu.

Faktanya, dari dulu bisnis itu sama saja.

Intinya menukarkan produk berupa barang, jasa, ataupun informasi dengan sejumlah uang. Online atau Offline hanyalah mengenai adanya keterlibatan “Internet” ditengahnya.

Tapi kan Bisnis Online enak, ga perlu modal?

Kata siapa? Coba cek ulang yang bilang gitu beneran paham atau engga, hihi 😆

Untuk sekadar buka toko online, Anda tidak perlu “modal”. Sama halnya seperti Anda buka lapak jualan offline di depan rumah Anda sendiri.

Gaperlu modal juga kan? Lha wong rumah punya sendiri, hehe.

Tapi apakah bagian terpenting bisnis adalah bagian “membuka bisnis”-nya? Habis buka bisnis, terus ngapain?

Apakah dengan membuka bisnis baru semua masalah hidup Anda akan selesai? Dan Anda secara otomatis menjadi mandiri secara finansial, gitu?

Jika anda berpikir demikian, Stop! Anda sedang bermimpi. Bangun!

Sesat Pikir : Semua Harus Online!

Akhir akhir ini, bangsa Indonesia sering dipusingkan oleh sebuah dikotomi.

Dikotomi adalah 2 kondisi yang biasanya saling berlawanan. Dimana, akan menimbulkan kesan bahwa jika kita memilih A, artinya kita menolak B.

Jika kita Pro pengusaha, maka (kesannya) kita anti terhadap buruh. Jika kita Pro Duniawi, maka (kesannya) kita anti terhadap kehidupan akhirat. Jika kita Pro salah satu Capres, maka (kesannya) artinya kita anti dengan capres lainnya (cieee, politik 😆)

Padahal, sebenarnya pilihan yang ada tidak hanya dua pilihan. Bisa 3, 4, atau mungkin 10. Kita tetap bisa setuju kepada A, tapi tetap melakukan sedikit kegiatan bersifat B.

Sama seperti lawan kata “Kenyang”, belum tentu selalu “Lapar”. Bisa saja “belum kenyang-kenyang amat”, atau “Kembung/Begah”, atau apapun selain “Kenyang” itu sendiri”

Kondisi ini istilah kerennya disebut False Dilemma.

Ini juga terjadi di masyarakat dalam memandang Bisnis Online, efek dari meledaknya tren bisnis online sedikit banyak menimbulkan kesan bahwa “bisnis offline sudah tidak menghasilkan”.

Apa benar begitu? Padahal aslinya bisa jadi tidak begitu.

Saya pernah tau ada orang bisnisnya cuma kantong plastik kresek, tapi penghasilannya “WOW” banget.

Diwaktu yang sama saya juga punya teman yang beberapa kali merasa murung karena keuntungan bersih bisnisnya pada hari itu “hanya” sebesar 3 juta rupiah (per hari ya).

Sampai disini, saya harap dikotomi semacam “lebih bagus Bisnis Online” atau “lebih bagus Bisnis Offline” bisa berkurang.

Baca Juga : Penjelasan Sederhana Sales Funnel versi Nuhafadh.com

Karena pada dasarnya kadang ada bisnis offline yang pendekatannya sedikit online. Ada pula bisnis online yang masih membutuhkan kantor/tempat offline untuk menunjang bisnisnya.

Bisnis Online yang untung jumlahnya banyak, tapi yang rugi/stagnan lebih banyak. Liat saja di marketplace, berapa banyak toko-toko yang tak terurus, tidak ada yang beli, tidak ada rating. Cuma modal buka dan posting saja, setelah itu tidak diurus.

Bisnis Offline yang jaya jumlahnya juga banyak, tapi yang rugi/dan stagnan lebih banyak. Silakan cari di kota masing-masing, pasti banyak contoh bisnis offline yang baru buka sebentar sudah tutup.

Fanatisme, Si Penutup Pintu Rejeki

Orang yang terlalu fanatik padahal baru mempelajari suatu hal bukanlah fenomena baru, istilah umumnya disebut poser.

Sama halnya di dunia usaha pun juga begitu. Menganggap ini bisnis tertentu lebih keren, daripada yang lain. Dan terlalu obsesi pada influencer / idolanya.

Atau yang sedang sering terjadi, seorang anak muda tidak setuju dengan orang yang umurnya lebih tua dan mungkin berbeda generasi cukup jauh, lalu terlalu gampang sakit hati dan berkata “mantra” andalan :

“Dasar, boomers! Kolot amat pikirannya”

Salah satu filsuf Spanyol pernah mendefinisikan Fanatisme sebagai :

Bukan sebuah perumpamaan dengan konotasi yang baik tentunya.

Contoh lainnya,

  • Fanatisme berlebihan terhadap satu sumber trafik, akan menutup kemungkinan untuk datangnya traffic dari sumber lain
  • Fanatisme berlebihan terhadap pilihan akan model bisnis baru akan menutup masuknya kebijaksanan yang dimiliki oleh para orang tua yang sudah pernah melewati kondisi tersebut.
  • Kalau Facebook terlalu fanatik dengan konsep “Komunitas” untuk saling mengenal satu sama lain, mereka akan berhenti disitu. Tidak mungkin mereka sampai mengakuisisi Whatsapp, Instagram, atau mengadopsi fitur Snapchat.
  • Kalau Elon Musk sangat fanatik dengan satu jenis bisnis saja, mungkin saat ini dia hanya memiliki Paypal. Nyatanya walaupun PayPal sudah sebesar itu, Elon Musk tetap membuka diri dengan perusahaan di bidang lain seperti Tesla dan SpaceX.

Jika kita terlalu fanatik terhadap suatu hal, artinya kita menutup kemungkinan suatu hal masuk dari pintu yang lain. Termasuk rejeki.

Amit-amit ya, hehe

Berjualan Online itu Tidak Pernah Mudah

Kalau ada yang bilang jualan online itu mudah silakan coba cek lagi bisnisnya seperti apa. Apakah Dia benar-benar melakukan apa yang diucapkan.

Kalau dia bilang mudah, menurut pengalaman saya kemungkinannya ada 3, antara yang ngomong belum pernah mencoba jadi tidak terlalu mengerti. Mungkin cuma tau dari “katanya orang”.

Atau, dia cuma menceritakan untungnya aja. Ruginya tidak diceritakan. Entah apa alasan kenapa dia tidak menceritakan “rugi” yang pernah Dia rasakan.

Kemungkinan ketiga, mungkin saya yang kurang main dan bergaul hahaha. Jadi pengalaman saya cuma baru tau dua jenis orang diatas.

Simplenya, kalo ada yang bilang mudah, coba tantang aja suruh jualin produk Anda hahaha.

Sama seperti bisnis lainnya, jualan online selalu punya peluang untuk rugi. Bahkan mungkin kemungkinannya lebih besar.

Terlebih jika Anda baru mulai dari awal, tidak tahu apa-apa, tidak punya modal, males belajar. Wah udahlah, jangan mimpi.

Kalau ada yang ngomong itu gampang, mungkin cuma orang yang pengen bikin seneng hati Anda. Lalu ujung-ujungnya menawarkan cara bagaimana untuk Jualan Online dengan mudah, dan Anda akan diminta untuk ikut seminar “Rahasia Sukses bla bla bla…..”,

Pret. Hahaha

Karena itu saya akan mencoba sebuah eksperimen, beberapa hari ke depan saya akan coba untuk melakukan challange berjualan online.

Saya akan mulai dari awal dengan spesifikasi bisnis kurang lebih begini :

  • Saya akan bikin Toko online baru
  • Saya tidak akan menggunakan database yang saya punya (mulai dari nol)
  • Saya akan menggunakan Facebook Pixel yang baru juga, (mulai dari nol)
  • Tapi mungkin saya akan menggunakan hosting yang sudah saya miliki untuk membuat website.
  • Dan saya juga bukan artis atau siapa siapa ya, hehe
  • Durasinya mungkin sekitar 30 hari ke depan
  • Report akan saya bagikan via Email atau Telegram Channel saya.
  • Modal awal yang saya gunakan adalah sebesar 3 Juta Rupiah
  • Jika ada penambahan modal, atau perubahan hal-hal diatas akan saya update melalui Email dan Telegram
  • Sebisa mungkin saya akan dokumentasikan, termasuk kondisi keuangan saya dari modal diatas.

Kondisi diatas saya buat untuk melihat apakah jualan online benar benar mudah jika dilakukan dari Nol.

Walaupun mungkin tetap tidak bisa “mulai dari nol banget”, karena sebelumnya saya sudah pernah jualan online. Dan saya sudah beberapa kali melakukan campaign digital paid ads.

Saya belum tau akan jadi apa jualan saya nantinya, apakah rugi atau untung hahaha Degdegan juga sih ini sebenernya.

Insya Allah ini bukan settingan, kalau saya rugi saya akan bilang rugi. Kalau saya untung saya akan bilang untung.

Tentunya sebagai penjual saya tetep pengen untung donggg…

Jika Anda tertarik untuk mengikuti perkembangan harian Live Study Case ini silakan isi form dibawah ini :

Akan saya kabari melalui email nantinya. Terimakasih 🙏

Leave a Comment

seventeen − fifteen =