fbpx

Apa itu Marketplace ? Sisi Gelap yang Tidak Banyak Orang Tau

Marketplace, istilah yang akrab di Indonesia 10 tahun kebelakang. Makin akrabnya rakyat Indonesia dalam bertransaksi online bagaikan stimulus berdirinya perusahaan marketplace.

Apa Itu Marketplace?

Sebelum membahas berbagai hal tentang marketplace ada baiknya kita samakan persepsi terlebih dahulu mengenai definisi marketplace itu sendiri.

Jika mau mengartikan secara harfiah, marketplace adalah suatu tempat terjadinya banyak transaksi layaknya sebuah pasar. Tapi tentu Anda juga sudah tau dong jika definisinya hanya seperti itu.

Yang kita maksud dalam artikel ini lebih ke Online Marketplace. Mengutip Forbes, definisi online marketplace adalah

website atau aplikasi yang memberikan fasilitas berbelanja dari berbagai sumber/penjual.

Dari definisi diatas bisa disebut marketplace jika penjual tidak hanya satu.

Kelebihan Marketplace

Pada penjelasan kelebihan Marketplace saya coba menjadi 2 sisi. Yaitu dari Sisi Penjual dan dari Sisi Pembeli.

Dari sisi Buyer / Pembeli

Dari sisi pembeli bisa dibilang keberadaan marketplace ini sangat menguntungkan.

Dengan mudahnya pembeli menemukan berbagai barang dengan harga yang kompetitif.

Terhindar dari fraud atau penipuan juga salah satu hal yang paling menguntungkan. Karena suka tidak suka, transaksi online menyimpan banyak celah keamanan.

Pembeli juga dengan mudahnya akan mengetahui review dari pelanggan yang sudah membeli.

Dan yang paling utama, marketplace online akan memanjakan Anda dengan berbagai promo, fitur, dan kenyamanan karena Anda adalah asset utama bagi perusahan Marketplace Online.

Dari sisi Seller / Penjual

Dari sisi penjual pun, keuntungannya juga sama banykanya.

Jika anda bersaing secara harga, Anda dapat dengan mudahnya mendapatkan penjualan.

Ibaratnya Anda sedang berjualan ditempat orang sudah berkumpul disitu, tanpa perlu repot promosi, branding dan usaha marketing lainnya.

Mungkin usaha penjual hanya perlu melakukan pemeliharaan reputasi agar akunnya terus mendapatkan feedback positif.

Marketplace, kelemahan yang tidak banyak orang tau

Pada bagian ini, sebagian besar akan saya bahas dari sisi Seller saja. Karena untuk pembeli memang bisa dibilang lebih banyak menguntungkan daripada merugikan.

Inilah beberapa fakta gelap dari Marketplace yang tidak banyak orang perhatikan.

Kepemilikan List Database Pelanggan

Tahukah Anda bahwa dijaman saat ini database pelanggan memiliki harga yang cukup tinggi. Akuisisi perusahaan besar tidak hanya melibatkan pertukaran jutaan dollar, melainkan juga pengambil alihan sekian juta pengguna.

Pada 2014, Facebook mengakuisisi Whatsapp senilai 19,6 milyar USD. Saat itu Whatsapp memiliki 500 juta pengguna. Hitungan kasarnya, per pelanggan dihargai senilai 39 USD. Jika dirupiahkan sekitar 570rb per user (kurs 2 Agustus 2019, saat artikel ini ditulis).

Hebatnya, dari awal didirikan bahkan sampai saat artikel ini ditulis Whatsapp tidak pernah memungut biaya pelanggannya. Dengan kata lain, Facebook membeli aplikasi yang penggunannya belum tentu mau mengeluarkan uang untuk keperluan aplikasi chatting.

Lalu apa yang membuat nilai dari sebuah database user menjadi begitu mahal?

Menurut Business News, data konsumen bisa diklasifikasikan menjadi beberapa hal :

  • Data Personal : Nama, Email, No. HP, Alamat, dll
  • Engagement : bagaimana konsumen berinteraksi- lewat webb, email, socmed, dll
  • Behavior : riwayat pembelian, penggunaan fitur apa saja yg pernah digunakan, dll
  • Data Attitudinal : kepuasan konsumen, ketertarikan produk tertentu, dll

Itu semua termasuk dalam database konsumen yang dimiliki oleh perusahaan teknologi.

Sebagai penjual, data yang dibuka oleh marketplace saat ini biasanya hanya mentok di data personal seperti nama, email, alamat, dan nomor handphone. Itupun untuk keperluan pengiriman saja.

Baca Juga : Seberapa Penting Website untuk Bisnis Online

Apesnya, hampir sebagian besar penjual marketplace tidak memiliki pembukuan atau pengumpulan data konsumen yang pernah membeli di tokonya.

Padahal, database ini sangat berguna jika suatu saat Anda butuh untuk menghubungi konsumen Anda terkait diskon, promo, atau keperluan lainnya.

Misalnya toko Anda di banned oleh situs jual-beli tempat Anda berjualan. Tentu Anda akan buat toko baru dan Anda bisa menghubungi pelanggan lama Anda. Jika tidak begitu, maka Anda harus mulai lagi dari nol menggunakan toko yang nihil reputasi dan review.

Sayangnya untuk jenis data lainnya (engagement, behavioral, attitudinal) agak tidak mungkin di buka ke publik. Karena itu adalah Asset perusahaan.

Lalu akan digunakan untuk apa data-data tersebut oleh pihak marketplace?

Tentunya yang bisa menjawab hanyalah pihak marketplace sendiri. Secara logika tentu ada bagian data yang digunakan untuk memaksimalkan pengalaman berbelanja pembeli.

Namun juga sangat mungkin data dimanfaatkan untuk keperluan tertentu, seperti membuat produk sendiri.

Sebagai contoh, Amazon itu memiliki produk Fashion yang mereka produksi sendiri, bernama Amazon Essentials. Anda bisa bayangkan, jika Amazon punya data yang lengkap mengenai produk apa saja yang paling laku, Amazon bisa membuat produk mereka sendiri.

Setelah memproduksi produk sendiri, mereka bisa dengan mudah menempatkan produk mereka di posisi pencarian teratas untuk kata kunci tertentu. Dan itu wajar saja, wong platform mereka sendiri kok, hehe.

Mungkin beberapa dari kalian berfikir, “ah itu kan cuma Amazon saja. Di Indonesia belum ada yang kayak gitu kayaknya”.

Jangan salah beberapa bulan yang lalu saya cukup sering langganan cetak stiker di salah satu toko yg terdaftar di marketplace berwarna hijau. Kadang saya cetak pamflet, packaging, ataupun pproduk lainnya. Dan ternyata sekitar seminggu lalu ternyata sudah ada produknya sendiri. Official dari yang punya marketplace, Tok*pedia Prints.

Disitu Anda bisa memproduksi berbagai keperluan cetak seperti sticker, packaging, pamflet dll. Tentunya pihak marketplace tersebut tidak secara tiba-tiba memutuskan untuk membuat layanan tersebut bukan ?

Pasti ada riset atau data pendukung keputusan tersebut.

Mungkin bagi buyer ini cukup memudahkan tentunya. Tapi untuk seller / percetakan yang membuka lapak di Tokopedia apakah tidak dag-dig-dug-ser. Pasar yang biasa mereka garap mulai sekarang agak berkurang karena produk “yang punya tempat jualan”.

Tampilan Tokopedia Print

Dan sebenarnya, itu sangat mungkin dilakukan oleh marketplace lainnya. Toh, hampir semua marketplace punya data yang sama untuk marketplace yang mereka miliki.

Dan hal tersebut legal dilakukan, seperti hal-nya Indomaret, Alfamart, ataupun Superindo membuat produk gula, beras, dan air mineral dengan merk milik mereka sendiri.

Biaya Transaksi

Marketplace luar seperti Amazon, ataupun eBay saat ini sudah lazim mengenakan biaya per transaksi bagi yang melakukan pembelian di Marketplace.

Di Indonesia mungkin belum lazim, namun tinggal menunggu waktu. Pasalnya, marketplace itu butuh ‘bakar duit’ untuk promosi dan keperluan lainnya. Tentunya mereka tidak selamanya akan ‘bakar duit’, bukan?

Dan sumber paling realistis untuk mendapatkan penghasilan adalah melalui biaya yang dikenakan per transaksi.

Masalahnya, biaya per transaksi ini ditanggung siapa nantinya? Penjual kah ? Atau pembeli ? Atau mungkin keduanya ? Walaupun mungkin pada akhirnya akan sama saja.

Pajak

Salah satu rekan saya yang merupakan ‘orang dalam’ di suatu marketplace pernah bercerita, bahwa banyak pedagang yang berjualan kebutuhan sehari-hari di marketplace hanya ambil untung sebesar 500-2000 rupiah. Mereka mengejar kuantitas / seringnya transaksi di toko tersebut, ketimbang profit yang lebih besar.

Jujur, saya tidak ada tendensi untuk mengatakan ini lebih baik atau itu lebih baik. Semua pasti ada pertimbangannya masing-masing.

Namun, dengan tipisnya keuntungan tersebut ada risiko yang sering kali tidak disadari. Yaitu : Pajak.

Selain biaya per transaksi, Pajak juga bisa menjadi potensi yang menjadikan apa yang selama ini dianggap keuntungan ternyata angkanya akan semakin kecil karena belum dikurangi pajak.

Belum lagi di era digital ini aturan mengenai pajak belanja online mulai digenjot oleh pemerintah, tinggal menunggu waktu saja sampai benar-benar diterapkan.

Saya bisa bilang penerapan pajak di Marketplace adalah sebuah keniscayaan, karena di US pun saat Anda mendaftar akan dimintai data Tax Identification Number (TIN), semacam Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) jika di Indonesia.

Ketergantungan

Anda mungkin pernah mendengar berbagai kisah mengenai pedagang marketplace yang akunnya di bekukan / suspend. Padahal masih terdapat penghasilan yang belum di cairkan pada akun mereka.

Memang betul, jika kita menggunakan suatu platform artinya kita harus taat sesuai dengan aturan yang berlaku pada platform tersebut.

Namun kadang kala selalu ada pembaruan aturan yang terjadi sewaktu-waktu, dan itu terkadang cukup berdampak besar, terutama untuk seller marketplace.

Disamping itu, semakin besar toko Anda, risiko suspend juga semakin besar terutama jika tim Anda bertambah besar juga.

Sebagai contoh, akun Anda mungkin bisa saja di suspend jika salah satu karyawan Anda kurang memperhatikan sesuatu yang dilarang seperti menyertakan nomor telpon atau Line Messenger saat bertransaksi. Karena itu dianggap melakukan transaksi diluar marketplace.

Kenapa hal seperti itu sampai dilarang?

Logikanya sederhana, transaksi diluar marketplace artinya mengurangi potensi penghasilan dari marketplace itu sendiri.

Kesimpulan

Marketplace memang sudah banyak membantu orang dengan membuat berjualan online menjadi sangat mudah.

Namun segala sesuatu tetap memiliki kelemahan, apapun itu.

Kelemahan terbesar adalah soal ketergantungan dan akses data yang bisa Anda akses. Anda tidak punya data yang cukup mengenai konsumen, target market dan penjualan Anda.

Dengan mengetahui kelemahan tersebut kita bisa menentukan langkah apa saja yang bisa kita lakukan sebelumnya.

Yang bisa Anda lakukan

Jika saat ini Anda sedang berjualan di Marketplace, lalu apa hal yang bisa Anda lakukan ?

Saya rasa saran seperti : “tinggalkan marketplace” bukanlah hal yang bijak. Terlebih jika saat ini penghasilan utama Anda dari situ. Belum lagi jika sudah memiliki tanggungan karyawan, sewa kantor, dan biaya lainnya.

Saya menawarkan suatu saran bagi Anda, jika Anda tertarik, Anda bisa isi form yang ada dibawah ini. Saya akan berikan secara gratis. Silakan isi form dibawah ini :

.

Leave a Comment

six − six =