fbpx

Pergeseran Arti Kemenangan Saat Berdebat

Salah satu tokoh pergerakan Mesir, Hasan Albanna pernah mencetuskan 10 wasiat. Dan salah satu hal yang paling saya ingat adalah untuk menghindari berdebat.

Dulu ketika kuliah saya suka sekali melakukan perdebatan, beberapa perdebatan tersebut dibungkus dengan suatu hal yang disebut dengan “Diskusi”.

Ya walaupun begitu tidak semua diskusi selalu berujung perdebatan tanpa arah. Beberapa diskusi justru dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.

Namun menurut pengalaman saya, tidak semua orang bisa diajak diskusi. Jadi saya memang bisa dibilang tidak seterbuka itu untuk diskusi. Saya sering kali memilih untuk berdamai dengan fakta bahwa saya memiliki pendapat yang berbeda.

Selesai sampai disitu saja. Tanpa mengungkapkan apa alasan yang saya miliki.

Berubahnya arti sebuah kemenangan dalam debat

Yang paling saya tidak suka saat berdebat adalah melencengnya dari tujuan diskusi awal. Saya berikan contohnya ya :

  • Si A dan Si B memiliki suatu hal yang perlu didiskusikan untuk menyelesaikan masalah dalam divisi mereka
  • Si A punya argumen, begitu pula si B. Dan argumen mereka bisa dibilang cukup bertolak belakang.
  • Si A adalah orang yang teguh pendirian, bahkan cenderung keras kepala. Cukup sulit untuk merubah gagasan yang dia miliki
  • Si B adalah orang yang pendamai, kalau bisa jangan cari ribut. Tapi dia tetap ingin maslaah di divisinya segera selesai.
  • Setelah melewati perdebatan yang alot, seperti dugaan pendapat si A lah yang menang.
  • Si B memilih untuk mengalah, karena dia tidak suka ada keributan di divisinya.

Dari cerita diatas kira-kira menurut Anda siapa pemenangnya ?

Kalau menurut saya, dua-duanya kalah.

Kenapa begitu?

Karena sejak awal tujuannya dilakukan diskusi adalah untuk menemukan solusi atas masalah yang ada. Bukan untuk memenangkan perdebatan.

  • Si A kalah karena merubah “arti kemenangan” awal. Dari yang tujuannya menemukan solusi, menjadi “pendapatku yang harus menang”.
  • Si B kalah karena merubah “arti kemenangan” juga. Dari yang tujuannya menemukan solusi, menjadi “tidak ingin ada konflik dalam divisinya”.

Mungkin si A pendapatnya menang, tapi apakah solusi akan masalahnya tercapai ?

Mungkin si B merasa tenang sesaat, tapi apakah solusi akan masalahnya tercapai ?

Lalu Bagaimana ?

Inilah pentingnya menentukan tujuan diskusi. Apa output yang perlu dicapai, ditemukan, diselesaikan dalam diskusi ini.

Selain itu, kesadaran saat melakukan perdebatan juga sangat dibutuhkan. Lebih baik kalah berdebat tapi solusinya ditemukan. Dibandingkan menang argumen, tapi tidak ada jalan keluar dari sebuah permasalahan.

Untuk skenario seperti A dan B diatas, sebenarnya sering terjadi. Terlebih antara atasan dengan bawahan.

Menurut hemat saya tidak perlu dilakukan debat sejak awal. Justru tanpa melakukan debat, kita punya tambahan waktu untuk menguji pendapat si A.

Jika ternyata pendapat A salah, kita bisa langsung melakukan penyesuaian terhadap kesalahan atau kekurangan yang ada.

Melakukan diskusi pada sesuatu yang sudah diketahui outputnya, hanya akan menambah panjang proses penemuan solusi.

Lebih baik ganti dengan skema trial and error.

  • Makin cepat kita mencoba sesuatu (trial), makin cepat kita tau kesalahannya (error)
  • Makin cepat juga kita melakukan penyesuaian atas kesalahan yang ada (fixing the error)

Leave a Comment

13 + 3 =